Senin, 23 Maret 2015

Maaf

Air mataku terjatuh
mengalir deras bersama waktu
mengimbangi luka dalam hatiku
Sakit. Pedih. Perih
Seolah-olah aku merobek sendiri hati
dengan pisau 'kenangan' dan 'memori'

Aku berteriak, lirih
di ruangan gelap nan senyap
berharap terdengar oleh Tuhan

Aku marah, Tuhan
marah pada diri sendiri

Lalu aku pun terdiam
Menciptakan keheningan yang perlahan-lahan
merobek keakraban

Salahku, semua ini salahku Tuhan
Aku yang bertindak sembarangan
Aku yang menciptakan jarak
Aku yang memilih untuk terdiam
Tapi....
tapi kenapa sulit meminta maaf, Tuhan?

Apakah semua tak akan kembali seperti dulu?
Dan aku...
aku bukan lagi gadis kecilnya yang lugu

broken

0 komentar:

Posting Komentar